FeatureRegional

Merawat Tradisi Posilumba Japi 

×

Merawat Tradisi Posilumba Japi 

Sebarkan artikel ini
Dua joki memacu laju sapinya saat mengikut Posilumba Japi di Binangga, Sigi, Sulawesi Tengah, belum lama ini. Foto : Taufan Bustan / Eranesia.id

SIANG ITU, sinar matahari masih terik, tapi tak menghalangi ratusan warga berkumpul di sekitar tanah lapang. Sorakan mereka menggema saat sapi-sapi mulai diarak menuju garis start. Debu berterbangan, menandai dimulainya perlombaan.

Empat pasang sapi, masing-masing menarik gerobak yang ditunggangi joki, melaju kencang menuju garis finish. Cambukan joki di udara membuat sapi berlari lebih cepat, sementara penonton terus bersorak, menambah semarak perlombaan.

Inilah Posilumba Japi, perlombaan gerobak sapi yang rutin digelar di Desa Binangga, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Seorang warga Binangga, Iwan Januar (37) menjelaskan, Posilumba Japi merupakan bagian dari tradisi dan ungkapan syukur warga atas selesainya masa panen padi.

“Tradisi ini sudah turun-temurun dilakukan warga Binangga dan Sigi pada umumnya,” katanya, Minggu (4/8/2024).

Selain sebagai atraksi budaya, kejuaraan ini juga menjadi ajang mempererat silaturahmi antarpeternak dan memacu mereka untuk menghasilkan sapi berkualitas.

Warga lainnya, Sulaeman Jani (24) mengungkapkan, Posilumba Japi telah lama menjadi bagian dari kehidupan warga Binangga. Biasanya digelar dua kali setahun, bahkan desa-desa tetangga di Sigi, seperti Biromaru, juga sering mengadakan lomba serupa.

“Sempat terhenti selama dua tahun akibat pandemi COVID-19, tapi sejak 2022, tradisi ini kembali dilaksanakan,” ujarnya.

Sulaeman menambahkan, Posilumba Japi biasanya digelar dua atau tiga pekan setelah panen padi, dan kali ini, warga sangat antusias menyambut perlombaan.

Panitia lomba, H Muhtar (46) menjelaskan, Posilumba Japi kali ini memperlombakan beberapa kelas, termasuk kelas umum dan campuran. Peserta berlomba adu cepat di lintasan sepanjang 300 meter.

“Hadiah perlombaan masih sama seperti sebelumnya, lima ekor sapi dan uang tunai,” jelasnya.

Muhtar menegaskan, bahwa mayoritas peserta adalah warga Sigi yang berprofesi sebagai petani dan peternak sapi, dengan sekitar 20-an pasang sapi mengikuti perlombaan.

“Sapi-sapi yang ikut berusia di atas dua tahun dan biasanya digunakan untuk membajak sawah,” tutupnya. CAE