OTORITAS Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Tengah memanfaatkan momentum Festival Tampolore 2025 untuk mengedukasi masyarakat tentang literasi keuangan dan bahaya kejahatan di sektor jasa keuangan.
Sosialisasi berlangsung di Lembah Behoa, Situs Megalit Pokekea, Desa Hanggira, Kabupaten Poso, Sabtu (28/6/2025), dan diikuti warga, tokoh adat, serta pemerintah desa dari wilayah Baliura, Hanggira, Doda, dan Bariri.
Selama lebih dari satu jam, Bidang Perlindungan Konsumen dan Humas OJK Sulteng, Megawati memaparkan peran OJK dan mengingatkan masyarakat soal maraknya judi online, pinjaman online ilegal (pinjol), dan investasi bodong.
“OJK mengatur, mengawasi, dan melindungi sektor keuangan, termasuk perbankan, pasar modal, asuransi, pembiayaan, dan dana pensiun. Tapi hari ini kami fokus mengingatkan bahaya kejahatan di industri keuangan,” terangnya dalam siaran pers yang Eranesia.id terima, Senin (30/6/2025).
Megawati menjelaskan, bagaimana judi online sering memicu utang, lalu korban terjerat pinjol ilegal dan akhirnya tertipu investasi bodong.
“Semua tanpa izin OJK, sering mengandalkan endorse artis atau tokoh agama. Banyak korban terjebak karena tergiur keuntungan besar,” ungkapnya.
Megawati menyoroti kemudahan pelaku kejahatan memanfaatkan teknologi untuk menjangkau korban.
OJK sudah bekerja sama dengan Google untuk memblokir aplikasi ilegal, tapi para pelaku kini banyak pindah ke platform seperti Telegram.
Ia juga mengingatkan, 80% penduduk Sulteng sudah punya akses produk keuangan, namun hanya 30% yang benar-benar paham literasi keuangan.
“Celakanya, mereka tidak sadar risiko dan dampak dari produk yang dipilih,” tandas Megawati.
Inisiator Festival Tampo Lore, Muhamad Subarkah, menambahkan pentingnya literasi keuangan untuk mencegah warga terjerat utang atau investasi palsu.
“Literasi keuangan kunci agar warga desa bisa mengelola penghasilan, menghindari kemiskinan, dan memperkuat ekonomi desa,” tutupnya. *TAU/MUH













