Nasional

Pohon Pisang Bisa Jadi Senjata Rahasia Lawan Perubahan Iklim

×

Pohon Pisang Bisa Jadi Senjata Rahasia Lawan Perubahan Iklim

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi pohon pisang. Dok: AI/Eranesia.id

BAMBU, palem, dan pohon pisang tampak seperti pohon, tetapi secara botani lebih mirip dengan rumput. Ciri unik ini membuat ilmuwan kesulitan mengelompokkannya dan menggali potensi manfaatnya.

Peneliti dari New York University (NYU) memperkenalkan istilah baru, “pohon berumput.”
Istilah ini menggambarkan tanaman yang memiliki kanopi tinggi seperti pohon, namun tetap tangguh dan cepat pulih seperti rumput.

Gabungan dua karakter ini memberi keunggulan besar. Tanaman tersebut mampu menyesuaikan diri dan pulih lebih cepat dari badai, banjir, dan kekeringan dibanding pohon berkayu.

“Bambu, palem, dan pisang sulit kami kategorikan sebagai pohon atau rumput. Karena itu, kami menyebutnya ‘pohon berumput’, karena tanaman ini menggabungkan keunggulan keduanya,” kata Aiyu Zheng, peneliti dari Departemen Studi Lingkungan NYU, dikutip dari Phys dan Kompas.com, Senin (27/10/2025).

Zheng menegaskan, sifat hibrida ini menjadikan tanaman tersebut solusi global untuk menghadapi perubahan iklim.

Tim peneliti menemukan bahwa bambu, palem, dan pisang mampu pulih cepat setelah kebakaran, badai, atau panen.

Mereka juga berkontribusi dalam berbagai sektor seperti pangan, material terbarukan, dan energi hijau.
Selain itu, tanaman ini menyerap karbon, memperbaiki bentang alam, menjaga keanekaragaman hayati, dan memperkuat ekonomi masyarakat pedesaan serta pesisir.

Tim NYU membandingkan kemampuan ekosistem pohon, rumput, dan pohon berumput dalam menyimpan serta menyerap karbon.

Mereka menemukan bahwa ekosistem “pohon berumput” seperti bambu dan palem lebih efisien menangkap karbon dioksida dan menyimpannya lebih lama dibanding rumput.

Temuan itu menegaskan peran besar “pohon berumput” dalam mitigasi iklim, terutama di wilayah tropis.
Tanaman ini unggul karena melimpah, mudah dimanfaatkan, dan sesuai dengan budaya tropis.

Penelitian yang dipimpin Mingzhen Lu, asisten profesor di NYU, menjadi studi global pertama yang memetakan kemampuan “pohon berumput” menyerap karbon.

Lu menilai tanaman ini layak mendapat perhatian setara dengan solusi berbasis alam lainnya seperti penanaman pohon konvensional dan restorasi hutan bakau.

Zheng menambahkan, pengakuan terhadap “pohon berumput” membuka peluang riset baru di masa depan.

Ia berharap, penelitian ini membantu memaksimalkan pemanfaatan tanaman tersebut sebagai solusi penting menghadapi perubahan iklim dan mendorong pembangunan berkelanjutan.

Jurnal Trends in Ecology & Evolution telah menerbitkan hasil studi tersebut.

Sumber : Phys/Kompas.com | Editor : Muh Taufan