BADAN Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan riset tanaman lidah buaya (Aloe vera) sebagai bahan pangan fungsional. Penelitian ini menjawab isu strategis nasional terkait ketahanan pangan dan pencegahan stunting.
Periset Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan BRIN, Sri Handayani, menjelaskan lidah buaya mengandung senyawa aktif seperti asam amino esensial, asam lemak tak jenuh, vitamin, dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan.
“Lidah buaya memiliki potensi tinggi untuk menjadi produk pangan fungsional,” ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima Eranesia.id, Senin (30/9/2024).
BRIN mulai meneliti lidah buaya sejak 2021, mencakup pengolahan Aloe vera menjadi minuman kemasan hingga bubuk fortifikasi untuk penanganan stunting di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Saat ini, BRIN fokus mendiversifikasi produk kesehatan berbasis lidah buaya.
Beberapa produk seperti serbuk kering lidah buaya, non-dairy krimer dengan kandungan lidah buaya, serta minuman granul kombinasi lidah buaya dan rosela telah terdaftar dalam paten. Handayani juga mengungkapkan rencana BRIN untuk memperluas riset lidah buaya ke produk kosmetik dan nutrasetikal.
Dalam 100 gram gel lidah buaya kering, terdapat 3,7 gram kalsium yang berperan penting dalam pertumbuhan tulang dan gigi serta pencegahan osteoporosis. Aloe vera juga mengandung 0,5 gram magnesium, yang menjaga keseimbangan cairan tubuh dan membantu penyerapan kalsium.
Selain itu, lidah buaya mengandung empat asam amino esensial valine, phenylalanine, leucin, dan isoleucin yang membantu mengurangi risiko stunting pada balita. Tanaman ini juga kaya akan asam lemak omega-3, omega-6, dan omega-9, yang penting untuk perkembangan otak, pembentukan energi, serta pencegahan penyakit neurodegeneratif.
“Omega-3 mendukung perkembangan otak, omega-6 membentuk energi dan mencegah inflamasi, sementara omega-9 meningkatkan sensitivitas insulin serta mencegah penyakit seperti alzheimer,” tutup Handayani. TRI/CAE













