PENJABAT Gubernur Sulawesi Selatan, Fadjry Djufry mengungkapkan provinsi yang dipimpinnya berpotensi kembali menjadi sentra kakao nasional.
“Dulu Sulsel berada di posisi ketiga produsen kakao Indonesia, namun kini turun ke posisi ketujuh. Kami bertekad mengembalikan kejayaan kakao Sulsel untuk meningkatkan kesejahteraan petani,” tegasnya dalam siaran pers yang diterima Eranesia.id, Sabtu (18/1/2025).
Wilayah Luwu Raya, Bone, Soppeng, dan Wajo menjadi daerah potensial pengembangan kakao di Sulsel.
Provinsi ini memiliki varietas unggulan yang telah lama dikembangkan petani lokal.
Sulsel tergabung dalam koridor kakao nasional bersama Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sumatera Barat, Lampung, dan Nusa Tenggara Timur.
Program hilirisasi pertanian, termasuk pengolahan kakao menjadi butter, menjadi prioritas pemerintah dalam meningkatkan nilai tambah produk pertanian.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pangan RI, Zulkifli Hasan meninjau gudang Kakao PT Papandayan Cocoa Industries, Kamis (16/1/2025).
Kunjungan itu menjadi bagian dari program hilirisasi sektor perkebunan dan peningkatan produksi kakao nasional.
“Kami fokus membangun perkebunan rakyat karena nilainya sangat tinggi, apalagi harga kakao saat ini sangat menjanjikan,” terang Zulkifli.
Ketua Umum PAN itu menekankan pentingnya program peremajaan (replanting) tanaman kakao yang sudah tua dan kurang produktif.
“Pemerintah akan menyediakan bibit berkualitas untuk petani di seluruh Indonesia. Kami juga akan melakukan riset untuk menentukan lokasi penanaman yang optimal,” tandasnya.
Untuk mendukung pengembangan usaha, pemerintah menyediakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi UMKM dan petani sesuai arahan Presiden RI, Prabowo Subianto. RLS/ICC/MUH













