REKTOR Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama, Palu, Profesor Lukman S Thahir, mengajak umat Islam, khususnya di Sulawesi Tengah, menjadikan Idulfitri 1 Syawal 1446 Hijriah sebagai momentum berdamai dengan kesalahan dan saling memaafkan.
“Idulfitri yang kita rayakan dengan kebahagiaan juga bermakna memaafkan dan berdamai dengan kesalahan,” terangnya dalam khutbah salat Idulfitri di Masjid Pakarosi Aqsa, Palu, Senin (31/3/2025).
Lukman menekankan bahwa makna ini sejalan dengan sabda Nabi Muhammad SAW., ‘Addinu annashihah’ yang berarti agama adalah nasihat.
Salah satu nasihat penting dalam Idulfitri adalah belajar memaafkan dan berdamai dengan kesalahan, baik dari diri sendiri maupun orang lain.
Menurutnya, tidak ada individu yang bebas dari kesalahan. Dalam interaksi sehari-hari, manusia pasti mengalami kekecewaan, kemarahan, atau ketidaknyamanan akibat perlakuan orang lain.
Sebaliknya, seseorang juga bisa, sengaja atau tidak, melakukan hal serupa. Oleh karena itu, banyak orang sulit memaafkan.
“Memaafkan bukan berarti melupakan kejadian buruk, tetapi memilih untuk tidak membiarkan masa lalu menguasai hidup. Meski sulit, memaafkan tetap bisa dilakukan,” ungkapnya.
Makna Kebersamaan
Ketua PWNU Sulteng itu juga menyoroti makna kebersamaan dalam Idulfitri. Menurutnya, di hari kemenangan ini, umat Islam berkumpul di masjid dengan niat, gerakan, dan tujuan yang sama, yaitu berserah diri dan bersyukur kepada Allah SWT.
Kesamaan ini menunjukkan bahwa semua manusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah, sehingga harus saling menghargai, menghormati, dan memahami.
Lukman berharap kesadaran akan persaudaraan dan solidaritas tetap melekat dalam diri umat Islam setelah Ramadan.
Idulfitri sejati adalah saat manusia mensucikan diri dari sifat yang mengotori jiwa, seperti kesombongan dan permusuhan.
“Manusia yang hatinya kotor akan melihat orang lain sebagai musuh. Mereka menjadi rakus, sombong, dan acuh tak acuh, melupakan bahwa hakikat manusia adalah bersaudara,” tegasnya.
Lukman juga mengutip Sayyidina Ali bin Abi Thalib, “Sesungguhnya manusia itu ada dua model: Jika dia bukan saudaramu seagama, maka dia saudaramu dalam kemanusiaan.”
Kutipan ini, lanjutnya, relevan dengan kondisi saat ini, di mana banyak orang lebih suka menyulut permusuhan daripada menciptakan perdamaian.
Oleh karena itu, ia mengajak umat Islam menjadikan Idulfitri sebagai momentum memperkuat nilai persaudaraan dan menjauhi sikap permusuhan.
Dengan semangat Idulfitri, Lukman berharap umat Islam menjaga hati yang bersih, menjalin hubungan baik dengan sesama, dan selalu mengedepankan sikap saling memaafkan demi kehidupan yang lebih harmonis dan damai. *MAT/MUH













