FeatureRegional

Uwai Sauq, Sumber Kehidupan di Sungai Mandar

×

Uwai Sauq, Sumber Kehidupan di Sungai Mandar

Sebarkan artikel ini
Sejumlah warga melakukan tradisi uwai sauq atau menimbah air bersih di sungai Mandar, Desa Renggeang, Sulawesi Barat, Kamis (1/8/2024). Foto : Taufan Bustan / Eranesia.id

GUNTUR menggelegar dan petir menyambut saat Nur Bakia baru saja menginjak tanah setelah turun dari rumah panggungnya.

Pada Kamis (1/8/2024) cuaca mulai berubah. Awan mendung menutupi sinar mentari, dan suhu yang tadinya panas mendadak menjadi sejuk. Tak lama setelah ia meninggalkan perkampungan, hujan deras pun turun.

Selama seminggu terakhir, cuaca di Desa Renggeang, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, berubah-ubah. Panas dan hujan sering datang bersamaan dalam satu hari.

Meskipun cuaca tak bersahabat, Bakia tetap melangkah menuju sungai sambil membawa beberapa jeriken kosong dan satu timba. Sungai yang berjarak tiga kilo meter dari rumahnya menjadi sumber utama untuk mendapatkan air bersih.

Setelah 15 menit berjalan, Bakia tiba di sungai berpasir dengan air yang sangat jernih. Saat itu, hujan telah berhenti.

“Alhamdulillah, hujan langsung berhenti begitu saya sampai di sungai,” ungkapnya dengan rasa syukur.

Seorang warga memasukkan air bersih ke dalam jeriken. Foto : Taufan Bustan / Eranesia.id

Sungai Mandar, begitu warga Desa Renggeang menyebutnya, menjadi tempat bagi mereka untuk melakukan tradisi uwai sauq, atau menimba air.

Bakia menjelaskan, uwai sauq dilakukan dengan menggali lubang-lubang kecil atau membuat mata air sedalam 50 cm di tepi sungai.

Setelah air dalam lubang terlihat bersih, ia menimbanya dan memasukkannya ke dalam jeriken. Air ini digunakan untuk mandi, mencuci, memasak, dan minum sehari-hari oleh warga.

“Hampir semua warga yang tinggal di sepanjang Sungai Mandar mengandalkan uwai sauq,” jelasnya.

Keunikan uwai sauq terletak pada airnya yang bisa langsung diminum tanpa perlu dimasak.

“Alhamdulillah, sejak lama kami minum uwai sauq tanpa ada yang mengalami sakit perut. Airnya bersih, segar, dan enak,” tambah Bakia setelah meneguk segelas uwai sauq sebelum membawa pulang enam jeriken air bersih.

Peran kaum hawa

Sungai Mandar adalah sungai terpanjang kedua di Sulawesi Barat setelah Sungai Maloso. Sungai ini mengalir sepanjang 90 kilometer, melintasi belasan desa dari tiga kecamatan, yaitu Alu, Limboro, dan Tinambung. Sebagian besar warga yang tinggal di bantaran sungai bergantung pada uwai sauq untuk memenuhi kebutuhan air bersih mereka.

Meski PDAM dan mesin pemompa air sudah tersedia, warga tetap memilih mengandalkan uwai sauq.

“Sejak kecil, sekitar 52 tahun lalu, saya melihat orang tua dan warga desa menggunakan uwai sauq. Sampai sekarang, meskipun di rumah sudah ada mesin pompa air, kami tetap mengonsumsi uwai sauq,” ungkap warga Desa Renggeang, Sitti Nurhayati.

Sebagian besar perempuan Mandar melakukan praktik uwai sauq setiap hari, biasanya mulai pukul 16.00 hingga 18.00 WITA, sebelum adzan magrib berkumandang.

“Sore hari, suami baru pulang dari kebun. Karena mereka capek, mengambil air bersih di sungai sudah menjadi tugas utama perempuan Mandar,” jelas Sitti.

Penghasilan tambahan

Bagi sebagian warga di desa tetangga Renggeang, seperti Desa Galunglombo, uwai sauq tidak hanya sekadar memenuhi kebutuhan air bersih di rumah, tetapi juga memberikan penghasilan tambahan.

“Penghasilan dari menjual air ini lumayan bisa menambah kebutuhan dapur,” kata warga Desa Galunglombo, Ratna yang mengangkut puluhan jeriken berisi air bersih di atas sepeda motor roda tiga.

Seorang warga menimba air bersih dari mata air di sungai Mandar. Foto : Taufan Bustan / Eranesia.id

Ratna menjual setiap 12 jeriken berisi lima liter air bersih seharga Rp10 ribu, termasuk biaya pengantaran ke rumah-rumah warga yang membeli.

“Kami menjual air ini hingga lima kilometer dari sungai, biasanya keliling di beberapa desa sekitar sini,” jelas Ratna.

Setiap hari, Ratna bisa mengambil hingga 100 jeriken air bersih dari Sungai Mandar. Bersama anak-anaknya, ia mulai bekerja dari pukul 14.00 hingga 17.00 WITA.

“Saya senang melakukan pekerjaan ini karena selain menambah penghasilan keluarga, juga membantu memenuhi kebutuhan air bersih warga lainnya,” ujarnya.

Sebagian warga menggunakan gerobak dorong dan sepeda motor untuk mengambil air di sungai. Ketika hujan turun, kedalaman sungai bisa mencapai satu meter, sedangkan saat kemarau, kedalamannya hanya setengah meter, memungkinkan warga menyeberang tanpa takut tenggelam.

Meskipun belum ada penelitian khusus tentang kebersihan air ini, warga percaya bahwa air Sungai Mandar memiliki rasa yang tak kalah segar dengan air mineral yang dijual di pasaran.

Fenomena uwai sauq menggambarkan kreativitas warga Mandar yang secara mandiri memenuhi kebutuhan air bersih mereka tanpa keterlibatan negara. CAE