SEEKOR sapi di Brazil mencetak rekor dunia sebagai yang termahal setelah laku dalam lelang dengan harga fantastis, sekitar USD 4 juta atau setara Rp65 miliar.
Sapi betina bernama Viatina-19 FIV Mara Moveis ini bahkan memiliki pengawal pribadi dan sistem pengawasan kamera selama 24 jam.
Guinness World Records mencatat harga Viatina-19 tiga kali lebih mahal dari rekor sebelumnya.
Dengan bobot mencapai 1.100 kilogram, ia dua kali lebih berat dari rata-rata sapi dewasa sejenis.
Brazil memang memiliki populasi sapi terbesar di dunia, lebih dari 230 juta ekor. Namun Viatina-19 jelas bukan sapi biasa. Tubuhnya besar, seputih salju, dan mencerminkan ambisi industri peternakan modern Brasil.
Pemilik Viatina-19 bahkan memasang dua papan iklan di tepi jalan untuk memamerkannya dan mengundang publik datang melihat langsung “sapi super” itu.
Viatina-19 berasal dari ras Nelore, jenis sapi potong unggulan. Di Brazil, sekitar 80 persen sapi termasuk subspesies Zebu, yang memiliki punuk dan lipatan kulit leher yang khas.
Para peternak elite tidak menyembelih Viatina-19. Mereka memilih mengembangbiakkannya demi menghasilkan keturunan unggulan.
Mereka mengekstrak sel telur dan sperma, menciptakan embrio, lalu menanamkannya ke indukan lain.
Salah satu pemilik Viatina-19, Ney Pereira, menjelaskan tujuan mereka.
“Kami mengembangbiakkan sapi elit seperti ini agar kelak bisa memberi makan seluruh dunia,” ujarnya, dikutip dari Independent melalui Detikcom, Sabtu (7/6/2025).
Harga satu sel telur Viatina-19 mencapai USD 250.000. Para peternak memburunya karena sapi ini cepat menambah massa otot, sangat subur, dan mewariskan sifat-sifat unggul ke keturunannya.
Mereka juga menilai postur tubuh, kekokohan kuku, kepatuhan, dan penampilan fisik.
Dokter hewan lokal, Lorrany Martins, menilai Viatina-19 sebagai sapi yang paling mendekati kesempurnaan.
“Ia sapi lengkap, punya semua karakteristik yang dicari para peternak,” katanya.
Namun di tengah kemewahan ini, para ilmuwan mengingatkan risiko lingkungan. Mereka menyebut daging sapi sebagai penyumbang besar emisi gas rumah kaca dan penyebab utama deforestasi Amazon.
Upaya genetika seperti yang diterapkan pada Viatina-19 memang bisa mempercepat usia potong dan menekan emisi, tapi para ahli menilai solusi ini masih terbatas.
Dorong Ekspor
Sementara itu, Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva terus mendorong ekspor daging sapi.
Saat bertemu Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, Lula bahkan meminta wakilnya untuk mengajak sang PM makan steak premium Brasil.
“Tolong bawa Perdana Menteri Fumio ke restoran steak terbaik di São Paulo. Minggu depan, saya ingin dia mulai mengimpor daging sapi kita,” ujarnya. MUH













