Regional

Berjibaku Turunkan Stunting di Sulawesi Tengah

×

Berjibaku Turunkan Stunting di Sulawesi Tengah

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi seorang balita diukur tinggi badannya oleh kader Posyandu untuk memastikan terbebas dari stunting di Posyandu Sedap Malam, Kelurahan Pengawu, Palu, Sulawesi Tengah, Jumat 3 Mei 2024. Foto : Taufan Bustan / Eranesia.id

PEMERINTAH Indonesia fokus menurunkan angka stunting, menargetkan penurunan prevalensi dari 21,6 persen menjadi 14 persen tahun ini. Semua provinsi, termasuk Sulawesi Tengah (Sulteng), diminta bekerja keras mencapai target tersebut.

Komitmen ini ditegaskan melalui Perpres Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, dengan pilar utama meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.

Pemerintah mengalokasikan Rp30 triliun pada 2022 untuk program penurunan stunting, dengan realisasi Rp22,5 triliun hingga September 2023. Dana tambahan sebesar Rp16,56 triliun juga diberikan kepada pemerintah daerah.

Stunting, ditandai oleh tinggi badan anak yang tidak sesuai usianya, disebabkan oleh kurangnya gizi dan sanitasi buruk. Dampaknya serius, memengaruhi kesehatan, kecerdasan, dan daya saing anak.

Pemerintah optimistis mencapai target 14 persen pada 2024, dengan penurunan stunting 3,8 persen per tahun sejak 2020.

Di Sulteng, stunting menjadi masalah mendesak dengan prevalensi 28,2 persen. Data Bappeda mencatat 141.996 warga berpotensi mengalami stunting.

Wakil Gubernur Sulteng, Ma’mun Amir, mengungkapkan bahwa pelbagai langkah telah diambil, termasuk membentuk tim koordinasi yang melibatkan sejumlah pihak.

“Program fokus pada ibu hamil dan anak usia 0-2 tahun, serta bantuan pangan bergizi dan stimulus stunting Rp500 ribu per bulan untuk keluarga terdampak,” terangnya, belum lama ini.

Sulteng menargetkan penurunan prevalensi stunting menjadi 11 persen pada akhir 2026 sesuai RPJMD. CAE